Puisi oleh Laras Sekar Seruni
Kota Kita Purnama
didedah waktu
semakin hangat
rindu
mengurai sayup jalan-jalan dini hari
dan kota itu, sayang
merebah nubuat yang kian candu
03:25
pejam kita dipeluk purnama
sujud kita terkandung doa
masih tentang sajak-sajak yang berlayar di sampan waktu.
aromanya abadi. tubuhnya kilau purnama, seterang lampion di dahi drupadi. selalu benderang, selalu nyalang.
dan sajakmu membasuhku di sela-sela jemari rindu.
(*) Pamulang
menghitam, pudar, menemani
rembulan. kuda bertapal fusta itu
membasuh kening kunang-kunang
bernama senja.
senja. esok masihkah ragu melantun
ayat-ayat nira? semburat langit
merupa wajah santun pencipta
andromeda.
andromeda. denyut rahimmu dirindu
bima sakti yang kian sakit dari
minggu ke minggu, bulan ke bulan.
deras kidungmu mencari waktu
bernapaskan noktah-noktah nirwana.
(*) Pamulang
kutemukan namamu. cukup.
meski terkadang waktu ingin kuputar hingga raga kita
bersimpuh di hadapan gapura kenangan yang pernah kita
bina, dalam hitungan bulan, dalam dekapan tahun-tahun
menjelang perpisahan.
(*) Pamulang
Lombok, Gili yang Memeluk Bumi
gili-gili
di
ufuk negeriku
gili-gili
di
bilik nadimu
hampir
purna
dan
kita
masih
menghela
napas
gili-gili
yang
dilipat
bumi
sekejap
berekeretap
bergeletar
di
jerat naungan
akar-akar
nyiur
gili-gili
kita pun membasuh matanya, membasahi rambutnya dengan air mata, sekali lagi,
terakhir kali.
(*) Pamulang
sekejap, berduyun nira melaut
lepas tergulung rimbun ombak
berurna jingga.
senja masih
mencari gelimang senyum
dari frasa terjangkau erang rindu
gemuruh pasir di dasar air,
meratapi tanah yang semakin
landai, berjarak vibrasi.
tanah itu berisi riuh redam
sekelompok kidung misteri
sebuah kota mati.
kota itu mencari
keindahan tanpa tepi bagi
penjejak legenda masa depan,
menganyam kisah fiksi bagi
sekawanan burung camar di batas
akhir februari.
(*) Pamulang
Laras Sekar Seruni lahir tahun 1995. Karya-karyanya terangkum dalam antologi bersama dan tersebar di media massa.