Puisi-puisi Cici
Kita adalah Sepasang Ego
Kita adalah sepasang ego.
Esok atau lusa jika pisah singgah,
Esok atau lusa jika pisah singgah,
tidak ada yang bisa
menghukum kita untuk tidak kembali.
Kita adalah sepasang ego.
Jika esok atau lusa kita putuskan pergi,
Jika esok atau lusa kita putuskan pergi,
masing-masing
dari kita tau arah kembali.
Kita adalah sepasang ego.
Tidak ada sedikit pun dari bedebah-bedebah itu yang bisa menghancurkan kita.
Kita adalah sepasang ego!
Tidak ada sedikit pun dari bedebah-bedebah itu yang bisa menghancurkan kita.
I
Separuh Bangsat
Di kota ini, ada banyak kamu yang merasuk.
Pada ranting daun.
Pada aspal jalan.
Pada gedung-gedung tinggi.
Pada sayup-sayup angin.
Menebar rindu pada setiap yang kulihat.
Menabur garam pada luka yang menganga.
Apa yang hendak kau tunjukkan?
"Oh, ternyata separuh bangsatmu"
Pada aspal jalan.
Pada gedung-gedung tinggi.
Pada sayup-sayup angin.
Menabur garam pada luka yang menganga.
"Oh, ternyata separuh bangsatmu"
II
*
Semenjak kau ada. Semestaku berubah
beserta warna dan isinya.
Bukan hanya bahagia dan tawa yang kau
tawarkan, juga penderitaan yang ada
di dalamnya
Kecewa dan tangis pun kerap kau sisihkan
untukku tapi tak lupa juga kau siapkan
pundak dan peluk untuk meredakan pelik
karena ulah kita sendiri.
Suatu waktu kau pernah tanya.
“Apakah kau Bahagia hidup bersamaku
beserta penderitaan yang membersamai
Kita?”
Jawabku:
“Jangankan Bahagia bersamamu, kecewa
bersamamupun aku sanggup”.
Semenjak kau ada. Semestaku berubah
beserta warna dan isinya.
Bukan hanya bahagia dan tawa yang kau
tawarkan, juga penderitaan yang ada
di dalamnya
untukku tapi tak lupa juga kau siapkan
pundak dan peluk untuk meredakan pelik
karena ulah kita sendiri.
“Apakah kau Bahagia hidup bersamaku
beserta penderitaan yang membersamai
Kita?”
“Jangankan Bahagia bersamamu, kecewa
bersamamupun aku sanggup”.