Kedaulatan Rakyat Bukan Kedaulatan Uang

 Penulis: Melky Molle (Dosen Universitas Halmahera, Maluku Utara)


Ayah Presiden Sukarno pernah berkata kepadanya. “Rakyat itu misterius, ibarat alam yang kau pandang dari jauh".  Jika kau mau memberi mereka harapan, dekati mereka dengan menunduk dan merendah hati. Jika kau mau mereka ikut denganmu, kau harus ikut merasakan penderitaan mereka. Penderitaan mereka adalah kepahitan yang membekas. Mereka hidup dari keterbatasan akses, hidup dari keluh kesah, karena kesusahan yang tiada tara.

Indonesia adalah rahim perbedaan. Mengayomi pluralitas suku, agama ras dan golongan. Mereka hidup dari akses-akses akal sendiri tanpa sentuhan yang punya kuasa. Karena itu mulai hari ini kau harus belajar keras, karena mereka yang akan kau pimpin, adalah mereka yang kurang. Mulai dari kurang makan, kurang kata, kurang cangkul, kurang tidur, kurang air, kurang bergerak, kurang bersih,  bahkan kurang gizi.

Dari kurang-kurang itulah mereka butuh pemimpin yang mampu memberi diri berkorban memenuhi harapan untuk mengembalikan kedaulatan mereka, yang selama ini dibiarkan membeku hanya di akal, di otak kosong karena sengaja dikosongkan. Dikosongkan oleh mereka, ya oleh mereka.

Proses demokrasi pencalonan bupati dan wakil bupati kabupaten Halmahera Utara sedang berlangsung. Euforia masing-masing kontestan calon bupati dan wakil bupati begitu ramai. Ada arak-arakan massa rakyat di setiap kampanye.

Semua timses sudah mengklaim berdasarkan data-data survei, tapi data survei itu menurutnya masih menjadi rahasia, karena itu bahasa yang terucap adalah: nanti lihat saja di hari "H", hari di mana pemilih atau massa rakyat ramai-ramai ke TPS (tempat pemungutan suara). Hanya hitungan jam, hasilnya akan tampak terang-benderang bahwa siapa yang unggul dialah pemenangnya.

Semua timses, simpatisan atau pendukung pasangan calon sudah was-was, karena harapannya pasangan calon yang dijagokan kiranya menjadi pemenangnya. Kita juga sudah berada pada masa tenang di mana semua atribut kampanye sudah harus diturunkan atau sudah dibersihkan di ruang-ruang publik.

Masa tenang adalah masa di mana tidak ada lagi arak-arakan kampanye dll. Patuh terhadap peraturan yang didelegasikan, dan patuh terhadap protokol kesehatan, patuh kepada pelaksana atau KPU dan Bawaslu. Karena itu, tertib adalah jaminan paslon dan massa rakyat untuk memberi jaminan stabilitas keamanan tanpa intervensi aparat keamanan. Komitmen massa rakyat adalah komitmen negara, dan representase negara adalah KPU dan Bawaslu. Karena itu berilah karya baktimu kepada rakyat tanpa pandang bulu. Berilah ganjaran kepada mereka yang nakal untuk menodai rahim suci demokrasi untuk melahirkan pemimpin yang populis terhadap rakyat.

Kita semua, baik KPU dan Bawaslu, adalah penggiat demokrasi yang dianggap mumpuni melaksanakan amanat suci ini, karena itu komitmen dan konsisten melaksanakan amanat negara seperti ini harapannya adalah menjaga rahim demokrasi sebaik-baiknya supaya tidak merugikan negara atau rakyat.

Jangan ada lagi money politik (politik uang) dengan tujuan hanya untuk meraih kekuasaan. Jangan ada lagi pemimpin yang lahir lewat rahim demokrasi tanpa bakat pemimpin. Jangan ada lagi pemimpin yang lahir karena kompromi bagi mereka yang berhasrat berkuasa, karena iming-iming bagi proyek, dan leluasa melakukan KKN.

Rakyat itu misterius. Jika pemimpin yang dilahirkan dari rahim suci demokrasi untuk semua berpartisipasi memilih tanpa intervensi, intimidasi, ancam dan uang, maka demokrasi kita adalah demokrasi potensial, akan melahirkan pemimpin yang berbakat.

Jika pemimpin yang dilahirkan oleh karena hasrat para kelompok tertentu, karena kapital alias ongkos perut, maka tentu itu bukan demokrasi, tetapi "mobokrasi". Di mana demokrasi yang berlaku hanya ada pada kalangan kelompok elit tertentu dengan tujuan bagi-bagi jatah (Vicktor S.).

Semoga hajatan demokrasi lewat pilkada Halut tidak demikian, tetapi benar-benar hajatan demokrasi dari dan untuk rakyat yang misterius. Selamat berdemokrasi untuk melahirkan pemimpin yang berbakat pemimpin. Saatnya demokrasi untuk kedaulatan rakyat, bukan demokrasi demi kedaulatan uang. Harapannya demikian. Semoga.

Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form