Mayat yang Melayang-layang di Kamar Tidurku

Penulis: Ben Yowes

Gambar: IDN Times

Pengalamanku bertemu hantu terjadi untuk pertama kalinya dalam hidup. Meskipun aku anak kuburan (sebutan karena aku tinggal di rumah yang dekat dengan kuburan) tapi ini kali pertama dalam hidup aku berjumpa pocong. Itu terjadi di kamar tidur. Bisa-bisanya dia datang tanpa sepengetahuanku dan tanpa mengetuk pintu. Entahlah bagaimana caranya dia datang.

Jadi awal mula cerita ini dimulai begini: sekitar jam 10 malem, aku sudah menikmati saat-saat mau tidur. Di kamar yang paling ujung selatan (kau tak perlu tahu rumahku menghadap ke arah mana, yang pasti, aku tidur di kamar yang paling ujung selatan).

Tiba-tiba, aku terbangun sekitar jam satu malam. Mula-mula aku merasa kok sepertinya lampu di ruang tamu mati. Tapi ini belum menerbitkan kecurigaanku pada hantu. Aku tidak berpikir positif saja. Mungkin ibu yang mematikan lampu. Tidak mungkin hantu. Ah pokoknya ngga mungkin. Gitulah pikirku.

Jadi aku tetap rebahan di ranjang tidurku. Ranjang tidurku buatan lawas. Ranjang besi. Ini ranjang peninggalan nenek moyang, entah nenek moyang generasi ke berapa. Sejak aku lahir, ranjang ini tahu-tahu sudah ada. Aku tak sempat nanya.

Nah di ranjang besi ini, sekitar jam satu malam, aku seperti dikelilingi oleh suatu objek yang aneh. Ia seperti terus bergerak melayang mengitari ranjangku. Tubuhku – saat itu tak dapat bergerak. Tapi aku dalam keadaan sadar. Bola mataku bergerak-gerak untuk menyelidiki objek yang bergerak melayang itu.

Akhirnya aku merasa objek itu adalah sebuah mayat. Alamak. Kenapa mayat masuk ke kamar tidurku? Ada pesan apa? Kenapa dia melayang-layang? Meskipun saat itu, aku mulai dihinggapi rasa yang manusiawi sekali: takut, ngeri, dan lain-lain. Tapi pikiranku masih sempat bergerilya – bertanya-tanya.

Setelah beberapa menit, entah ke mana mahluk yang melayang-layang itu. Aku tak tahu persisnya ke mana ia menghilang. Tapi jelas ia sudah tak menampakkan diri lagi. Persis pada saat itu, aku bisa gerak. Dan akhirnya aku berusaha menggerakkan tubuhku. Aku mencoba memiringkan badan menghadap ke arah barat.

Dalam sepersekian menit, dalam keadaan miring menghadap ke arah barat, aku masih terus memikirkan mahluk yang melayang-layang itu. Setelah itu, aku mencoba untuk kembali ke arah semula. Tapi rupanya gerakanku bukan ke arah terlentang lagi, tapi agak miring menghadap ke arah sebaliknya, ke arah timur.

Saat itu, saat wajahku menghadap ke arah timur, apa yang terjadi? Tanpa diduga, persis di depan wajahku. Dekat sekali. Ada mahluk itu. Wajahku dan wajahnya persis berhadap-hadapan. Ya wajah itu, wajah jenazah yang tadi melayang-layang. Wajah itu, wajah pocong.

Kalian tahu kan pocong. Bayangkan saja seperti apa wajah pocong, dan seperti apa saat kalian berhadapan dengan wajahnya. Apakah ia tersenyum padaku? Apakah aku tersenyum padanya? Jangan tanya itu. Sungguh aku tak sempat berpikir lagi. Aku tak tahu ekspresi seperti apa yang bisa kugambarkan pada kalian.

Yang aku rasakan, aku kaget. Kaget sekali. Takut sekali. Ketakutan yang mencapai puncak, barangkali. Rasanya aku teriak sekeras-kerasnya. Entahlah. Itu yang aku rasakan. Dan setelah itu, entah bagaimana lagi, aku tidak merasakan apa-apa lagi. Aku seperti menghilang – mungkin aku pingsan. Mungkin aku pingsan atau kaget dan tertidur. Entahlah. Pokoknya, tau-tau aku terbangun pagi hari.

Saat mataku terbuka di pagi hari, aku langsung teringat wajah yang muncul persis di depanku. Makanya aku jadi takut untuk membuka mata. Maka aku pelan-pelan membuka mata. Sedikit demi sedikit aku picingkan mataku. Lalu perlahan aku selidiki apakah wajah itu masih ada di depanku. Apakah ia tertidur pulas di kamarku. Setelah kupastikan bahwa mahluk sudah tak ada, akhirnya aku sambar handuk dan aku lari keluar kamar.

*

Barulah setelah itu, aku bertanya kepada ibu: apakah aku semalam bermimpi? Apakah pocong yang datang melayang-layang di kamarku hanyalah mimpiku saja?

Tidak. Kamu tidak bermimpi, begitu kata ibu. Itu wajar, katanya. Haul di pemakaman dekat rumah kita kan tinggal dua hari lagi. Jadi mayat itu datang untuk sekedar memberitahu. Begitu kata ibu.  

Sejak saat itu, aku mengerti bahwa setiap kali akan dilaksanakan haul (rokatan) di pemakaman dekat rumahku, selalu saja muncul kejadian mistis macam ini. Entah ke keluargaku, atau orang luar semisal tetanggaku yang kedatangan hal-hal seperti itu.

Orang kampung menyebut penampakan itu sebagai “ngaton”. Bagi orang-orang kampung yang punya kepercayaan seperti itu, “ngaton” hanyalah peristiwa mistis biasa. Tapi bagiku, peristiwa mistis ini sangat menakutkan. Hingga saat ini, aku masih ingat betul wajah pocong yang masuk ke kamar tidur dan menatapku itu.

Semoga kalian tak pernah mengalami peristiwa mistis sepertiku.

Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form