Banjir dan Tuhan

Oleh Melky Molle


God is a creator so that the earth and everything in it was created to respect each other. Humans and the universe are God's creations, so caring for and caring for each other is mankind's calls. Therefore, floods, landslides, and earthquakes are the reasons why humans and nature have forgotten each other that they must revive each other as a harmonious nature of friends, between humans and nature, as the goal of the creator of God

*

Pada 15 dan 16 Januari 2021, kita dikejutkan dengan bencana banjir, gempa bumi, dan tanah longsor di beberapa daerah di Indonesia. Fenomena bencana alam yang disebutkan di atas, banyak direspon oleh netizen di sosial media, seperti Facebook, WA, Twiter dll. Mereka ramai-ramai membuat postingan dengan menyebut bahwa banjir, gempa bumi, dan tanah longsor adalah peringatan Tuhan bagi manusia supaya bertobat. Pertanyaannya adalah, sejahat itukah Tuhan bagi manusia?

Selain dari pada itu, ada beberapa postingan yang mengatakan bahwa peristiwa bencana alam adalah peringatan Tuhan bagi manusia karena perbuatan yang tidak santun terhadap sesama dan ciptaan-Nya termasuk alam sebagai ciptaan Tuhan.

Dengan demikian maka menjawab fenomena tanpa melalui proses bepikir yang logis adalah jawaban tolol logis. Karena fenomena bencana alam dapat dijelaskan dari pendekatan ilmu pengetahuan. Jika ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena bencana alam, tidakkah kita mestinya sabar menelusuri bencana alam dengan melihat lebih dekat apa sebab bencana alam begitu cepat, dengan tiba-tiba menimpa saudara-saudara kita di beberapa daerah di Indonesia?

Logico, hipotetico, verifikatif adalah cara bepikir manusia yang sistematis atau terstruktur, yang tidak bisa diabaikan dalam merespon fenomena, baik yang dilihat langsung atau fenomena sebagai sebuah informasi, untuk diuji sedemikian rupa supaya menemukan simpulan sebagai alasan argumentatif.

Logico:  logika atau nalar sebagai saringan untuk menstrukturkan atau mensistematiskan fenomena atau masalah dengan cara mengidentifikasi masalah dari informasi data indra. Hipotetico: simpulan sementara atas masalah atau fenomena yang sudah diidentifikasi berdasarkan saringan logico atau logika. Verifikatif: adalah proses verikasi data atau datum yang diperoleh, dan dipilah sebagai data apa adanya (natural) yang akan dijadikan argumentasi logis sebagai sebuah kebenaran dari proses menalar yang sistematis (ilmiah).

Dari pendekatan bepikir logis manusia di atas maka kita dapat dengan sabar dan berhati-hati untuk menarik kesimpulan tanpa menjustifikasi Tuhan sebagai sebab terjadinya bencana alam yang dirasakan saudara-saudara kita. Jika bencana alam adalah sebab Tuhan murka terhadap dosa manusia, lalu apakah becana alam yang dialami oleh saudara-saudara kita akibat dari dosa mereka?

Pertanyaan-pertanyaan kritis yang dituturkan di atas oleh karena merespon postingan netizen di sosial media perlu dilihat juga sebagai fenomena sesat dan tergesa-gesa. Karena itu perlu digarisbawahi bahwa akibat bencana alam juga bisa disebabkan oleh kegiatan manusia itu sendiri. Dengan merujuk pada kegiatan manusia seperti illegal logging (penebangan pohon untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan manfaat ekonomi secara privat atau sekolompok orang), penebangan pohon untuk kepentingan pertambangan, atau kepentingan korporasi (investor) sebagai pemilik modal atau bisa juga disebut sebagai bisnis negara untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan (state bussiness for the benefit of sustainable development).

Sementara konsep pembangunan berkelanjutan sudah teruji sejak masa kekuasaan orde baru yang sampai saat ini masih terus dipertahankan dalam bentuk yang lain tapi sama tujuannya. Pulau Halmahera adalah salah satu daerah yang dikerumuni pertambangan emas, nikel, pasir besi, dan batu bara, seperti daerah Halmahera selatan, Halmahera Timur, Halmahera Utara dan Halmahera Tengah.

Tidak dapat dibayangkan eksploitasi pertambangan yang mengerumuni pulau halmahera sedemikian rupa tentu membutuhkan pembersihan lahan untuk kepentingan pertambangan. Sebagai akibatnya, pohon yang tumbuh beratus tahun pun tumbang, yang sebenarnya memiliki manfaat serapan air, penyangga daerah perbukitan sehingga meminimalisir longsor di daerah rawan longsor.

Sudah bertahun-tahun ekploitasi pertambangan telah beroperasi di pulau halmahera.  Pohon ditebang di dataran rendah, gunung menjadi gundul akibat penebangan pohon, tanah diobrak-abrik dengan alat-alat berat, pencemaran lingkungan. Tanah kehilangan kegemukannya.

Akibat dari eksploitasi pertambangan yang sedemikian rupa, yang pada akhirnya hutan dan gunung kita sudah tidak bisa menyerap air di waktu musim penghujan, akibatnya adalah kita terima gempuran banjir, di mana fasilitas jembatan patah, jalan-jalan homix putus, perkampungan dan perdesaan kebanjiran, warga kampung dan desa mengungsi, pemerintah buat pencitraan, seakan mereka peduli, padahal mereka aktor dan dalangnya. Lalu netizen menjustifikasi seakan-akan Tuhan adalah aktor di balik musibah banjir, longsor, dan gempa bumi. Waraskah kita? Atau konsep teologi tolol-logi seperti itu sudah layak dimuseumkan sekarang.

Tuhan adalah kreator sehingga bumi dan segala isinya diciptakan untuk saling menghormati. Manusia dan alam semesta adalah ciptaan Tuhan, jadi merawat dan merawat satu sama lain adalah panggilan umat manusia. Oleh karena itu, banjir, tanah longsor, dan gempa bumi menjadi alasan mengapa manusia dan alam saling melupakan sehingga harus saling menghidupkan kembali sebagai sifat harmonis persahabatan, antara manusia dan alam, sebagai tujuan Tuhan sebagai pencipta.

Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form