Nasib Si Gubernur di Tangan Mesin Ketik

Table of Contents
Peresensi: Regista Trequartista


Si Gubernur ini adalah sosok penguasa yang otoriter. Kesimpulan terburu-buru itu kudapatkan dari ringkasan yang nempel di sampul belakang. Apakah kesimpulanku salah? Silahkan nanti nilai sendiri melalui novel yang bisa anda baca beberapa jam saja.

Ada keputusan besar yang diambil oleh si Gubernur ini: dia menutup perkuliahan di sebuah universitas. Keputusan politis diambil sebagai reaksi atas pembangkangan mahasiswa yang menuntut protes. Protes itu juga tidak terjadi begitu saja. Tapi ada sebab. Seorang profesor yang mereka hormati ditangkap. Jadi di sini ada kelindan persoalan politik. 

Persoalan ini rumit dan menimbulkan masalah. Sang Gubernur memperoleh ancaman. Sang istri yang begitu panik lantas menyewa seorang pengawal. Lyu, namanya. Sejak awal, melalui surat-surat Lyu atas Konstantin, sahabatnya, kita sudah tahu: pengawal ini adalah penyusup. Lyu adalah bagian dari pihak-pihak yang tak suka dengan keputusan sang Gubernur. Lyu disusupkan kepada keluarga sang Gubernur untuk menghabisi nyawanya.

Tapi Lyu adalah sosok yang tidak gegabah. Dia sosok yang penuh dengan rencana, tenang, dan setiap orang di keluarga itu suka padanya. Kecuali salah seorang pembantunya, dan satu lagi, Katya – salah seorang anak dari si Gubernur. Ada soal tersendiri mengapa Katya membenci si Lyu.

Katya, Si Kritis

Yang menarik, soal keputusan si Gubernur itu juga menimbulkan perdebatan di dalam keluarganya. Di meja makan, tiap kali mereka sampai pada masalah politik, dan terseret ke soal penutupan perkuliahan, Katya, salah satu anaknya yang sangat kritis, polos, dan sinis, begitu blak-blakan menunjukkan protes atas keputusan ayahnya.

Bila soal-soal politik diungkap, meja makan keluarga menjadi muram. Ada rasa tak enak yang terbit di wajah Gubernur. Kita sebagai pembaca seakan dibawa ke dalam suasana yang kasian bila mencoba ada di sisi sang Gubernur: ia tak bisa menangkis protes dari anaknya sendiri. Katya, anak perempuannya, seperti tak pandai lagi berbasa-basi (bersopan santun) untuk urusan keputusan politik ayahnya yang dinilai keterlaluan, otoriter.

Di titik ini, aku jadi berandai-andai: adakah meja makan para penguasa otoriter sering dihinggapi oleh celetukan kritis soal keputusan otoriternya dari anaknya sendiri? Bila demikian, adakah ia merasa malu diingatkan oleh anaknya sendiri? Apakah suasana makannya masih menyenangkan atau justru berganti muram? Adakah ia marah, bermuram durja, atau biasa-biasa saja? Tapi pertanyaan lain: adakah anak sang otoriter yang mau membuat celetukan kritis seperti itu? Atau mungkin sang anak, demikian dengan keluarganya yang lain tak peduli dengan keputusan otoriternya asal saja mereka tetap nyaman?

Aku ingin Katya menjelma sebagai sosok nyata di internal keluarga para penguasa yang otoriter. Sebab dengan itu, sebagaimana sang gubernur di dalam “Musim Panas Penghabisan”, kelakuan otoriternya dikoreksi dari internal keluarga sendiri, diingatkan dengan kritik dari dalam. Katya yang polos adalah representasi sosok yang jujur, yang tak peduli sopan santun bila itu menyangkut kritik.


Lyu, Mesin Ketik, dan Rencana Pembunuhan Sang Gubernur

Alur utama dari novel ini adalah proses pembunuhan atas gubernur melalui sosok Lyu. Pemuda itu sudah memiliki akses yang baik ke dalam rumah keluarga gubernur ini. Dia sudah akrab dan mampu pengaruhi banyak orang di sana. Kesempatan membunuh bisa saja dilakukan dengan cepat. Tapi di sini, Lyu punya cara yang matang sekali. Dia akan membunuh dengan cara yang halus sekali.

Maka rencana pembunuhan dirumuskan: sang gubernur dan istrinya – ya hanya mereka berdua – yang akan mati. Entahlah dengan para pembantunya. Adapun anak-anaknya: Welya, Jessica, dan Katya, mereka dibereskan terdahulu untuk terhindar dari kematian ini. Dengan cara apa mereka dibereskan? Itu kau bisa baca sendiri. Tapi yang pasti: saat mereka berpisah, ada ungkapan-ungkapan yang seakan mengandung ucapan selamat tinggal yang sungguh-sungguh. Jessika, misalnya, mengatakan dalam suratnya kepada saudaranya, bahwa bapak dan ibunya (sang gubernur dan istrinya) seperti dua muda-mudi yang cantik dan bahagia.

Memang mereka sendiri merasa bahagia setelah beberapa lama tak pernah hidup berdua. Mereka ingin sesekali hidup sebagai sepasang muda-mudi. Meskipun tentu saja sebagai orang tua, mereka pasti tak ingin lama-lama berpisah dari anak-anaknya. Lalu siapakah yang akan membunuh sepasang suami-istri ini? Tak lain adalah mesin ketik. Di tangan mesin ketiklah, nasib akhir mereka ditentukan.

Bagaimana rancangan pembunuhan melalui mesin ketik itu? Silahkan baca surat-surat Lyu kepada Konstantin, yang tak sabar menunggu kematian mereka…
Rontal
Rontal Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment