Perempuan Korban Pelecehan, Speak Up? Kenapa Tidak?



Penulis : Aulia Asfira Adam (Mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

“Kenapa harus diupload si? ga takut diomongin? ga malu ya emangnya?”Begitulah kira-kira pertanyaan yang sering ditakutkan perempuan ketika mereka ingin bersuara bahwa dirinya dilecehkan.

Akhir-akhir ini, marak di akun media sosial tentang perempuan yang berani bersuara atau mengaku bahwa mereka mendapat perlakuan pelecehan seksual. Mereka menampilkan foto mereka lalu menandai bagian tubuh mana yang telah diperlakukan tidak sopan oleh manusia tidak bertanggung jawab itu.

Mirisnya banyak netizen yang membalas respon negatif dan menggunakan bahasa yang justru membuat mereka merasa takut dan menganggap apa yang mereka sampaikan salah. “Kenapa harus di-upload? Kenapa ga cerita saja ke orang terdekat?” Bahkan dari mereka ada yang menganggap itu hal sepele, berlebihan dan tidak perlu dipermasalahkan.

Banyak sekali pro-kontra. Ini sangat disayangkan. Mengapa hal yang seharusnya penting malah dianggap tabu dan tidak pantas? Menurut saya, penting mereka mengungkapkan (bahkan menyuarakan) haknya sebagai korban yang dilecehkan. Itu bukan suatu aib. Justru itu adalah haknya untuk bersuara. Selain itu, itu juga bisa jadi pelajaran bagi orang-orang lain supaya bisa hati dan tidak mengalami hal yang serupa.

Lalu bagaimana dengan cerita dengan orang terdekat?

Tidak mudah bagi korban pelecehan seksual untuk menceritakan kejadian tersebut. Karena mereka sangat khawatir bisa tersebar dan diceritakan kepada orang yang tidak bertanggung jawab dan bisa menyebarkan hal-hal yang tidak sepatutnya disebarkan. Bahkan dari mereka banyak juga yang tidak bisa bicara dengan bahasa yang baik atau panik sebab takut dengan tanggapan-tanggapan negatif yang orang lain akan pikirkan kepada mereka.

Tak jarang korban pelecehan seksual yang mengalami trauma berat dan mengakibatkan mereka memilih untuk memendam apa yang mereka rasakan. Akibatnya gangguan mental korban terganggu. Dengan kata lain, selain korban berhadapan dengan dirinya yang sedang mengalami keterpurukan kondisi psikologis, mereka juga dihadapkan oleh situasi sosial yang memilih nama baik keluarga tetap terjaga.

Sebab itu, berani menyuarakan terkait pelecehan seksual adalah hal yang sangat luar biasa yang perlu kita apresiasi. Keberanian mereka patut kita dukung. Mereka membutuhkan dukungan yang baik serta bantuan dari kita. Jadi ketimbang mengambil sikap menyepelekan atau menanggapinya dengan cara negatif, sebaiknya ajak mereka konsultasi ke psikolog agar bisa mengatasi trauma mereka.

Ada beberapa hal yang patut kita pertimbangkan. Pertama, kita mesti mulai belajar untuk menghargai cara mereka dan menanggapi secara lebih bijak dengan memberinya dukungan untuk sembuh dan berani. Dukungan kita setidaknya dapat memberi tambahan amunisi bagi mereka untuk bisa pulih dari kekacauan diri akibat masalah tersebut.


Kedua, kita perlu terbuka dengan melihat banyaknya data pelecehan seksual. Mengacu data Kementerian PPA, tercatat ada 4.166 kasus pelecehan seksual. Dengan data ini, kita dapat melihat bahwa betapa banyaknya mental perempuan yang sudah terpuruk akibat pelecehan yang mereka alami.

Ketiga, dalam peliputan kejahatan seksual, media mesti berpihak pada korban dengan cara menampilkan sisi pelaku kejahatan seksual. Selama ini, dalam pemberitaan kejahatan seksual, yang sering disoroti dan dimunculkan adalah sisi korban. Kesan dari framing pemberitaan, seolah-olah yang salah adalah korban.

Terakhir, dunia sosial media membuka luas kepada kita untuk menjadi penerima dan pewarta aktif. Sebaiknya, kita mulai menjadi pewarta yang aktif dalam memberikan atau menyalurkan dukungan positif kepada sisi korban. Bila tidak bisa, setidaknya jangan mengkerdilkan sisi korban yang sedang berjuang untuk bersuara (speak up).

Ada ungkapan yang menarik dari Jennifer: 

Reporting an abuser doesn't ruin their life. They did that themselves. Reporting an abuser doesn't damage their reputation. It makes it more accurate. Reporting an abuser doesn't hurt their family. It protects them from abuse. Reporting an abuser isn't gossip. It's integrity.

Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

3 Comments

  1. Replies
    1. Mari kita lawan dengan cara sehirmat-hormatnya🌻

      Delete
    2. Mari kita lawan dengan cara sehirmat-hormatnya🌻

      Delete
Previous Post Next Post

Contact Form