Perjamuan

Puisi Azhar Azizah

Ilustrasi: Ainul Yaqin






[The Seeker : Descartes dan Plato, 2021]

Aku masih mencari
Keraguan apa yang kucari
Sejatinya yang kutahu
Adalah ketidaktahuan itu sendiri
Atau aku yang berpikir
Adalah esensi keberadaan diriku sendiri


[Di tepi Nisan : Kant, 2021]

Terciptalah langit di atas nisanku
Dan muncullah bintang-bintang di atas kepalaku
Gema revolusi masih bertiup riuh
Di sepanjang aksara
Atau dalam tangan-tangan kemanusiaan
Dan kancah samudera yang kau lihat
Adalah jiwaku
Ombak yang besar
Adalah naluri ku yang mengebu
Orang-orang malang
Atau sekumpulan ladang padi dan jagung
Adalah seluruh kehidupan
Aku akan memberontak
Menjunjung langit kebebasan
Di bawah semesta
Di alam hampa
Atau di langit aksara
Dan kebaikan akan selalu memelukku
Keberanian pun berbisik melindungiku.



[Untuk Sasha, Alexander Berkman : Goldman, 2021]

Ceburkan bulan,
Pada wajahmu yang muram
Dan letupan kenangan itu,
Menganga di sudut ruangan
Pujian di bukit Sion yang bergema
Tak cukup untuk menebus rindu yang tetap menggebu,
Pada wajahmu yang biru
Kau tetap bergoyang pada celah-celah sajakmu yang pilu


Revolusi sudah kau rampas
Dalam tanganmu yang berdarah
Menggoreskan kata-kata,
Di buku sajakmu yang merdeka



[Perlabuhan : Kierkeegard , 2021]

Ketika malam telah tiba
Aku menyadari
Kau takkan kembali
Di sudut ruang
Di segala raung
Kau pergi di antara
Hembusan angin
Atau alam yang lirih
Dan ketika riuh berpesta
Ruangan sibuk menjelma sunyi
Di hati sanubari
Kau sibuk berlabuh menepi
Di ruang berpikir
Kau sibuk menari
Kau meraung
Menyiksa inersia
Dalam secangkir kenangan
Dan sepertiga doa malam
Atau dalam kalimat revolusi
Yang masih memekik gema
Kita saling menanam suka
Kita saling menanam duka
Dalam sebuah cinta.

Nona manis,
Pergilah kemana pun kau mau
Jangan menyisa dan menyiksa
Dalam hatiku sebagai pilu yang tak jemu.



[Nyanyian Keresahan Nona, 2021]

Ku temukan kesangsian
Di lautan kemanusiaan
Sesekali meringis ketakutan
Aku tetap akan berhadapan
Melihat bayi Argentina menangis menjerit-jerit
Dan para Tuan tanah diusir dalam pertiwinya
Kejahatan yang disusun atas nama kebaikan
Dan ku kepakkan sayapku,
Ingin terbang di antara angin yang mendesir
Di antara awan yang tampak seperti lautan samudera yang hidup
Namun sayapku terlalu besar
Dan aku tidak bisa terbang
Kenyataan membuatku tetap tinggal
Kenyataan adalah Jaka Tarub
Dan aku adalah jelmaan bidadari yang tak bisa terbang
Menjelma tak bisa pulang
Aku menerawang pada lelautan awan
Mengamati keindahan dan utopia yang berlalu-lalang.


Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form