Pemuda 1928

Table of Contents

 Oleh: Melky Molle

(Ilustrasi oleh: Coink)

Youth is the power of the country. The youth of 1928 was afraid of themselves because it invited local youth. Fighting for independence on the basis of love for the country is the spirit of youth regardless of ethnic differences. this spirit must be the value of youth 2021 in the 21st century. 

(Pemuda itu kekuatan negara. Pemuda 1928 takut sendiri karena itu mengundang pemuda daerah. Memperjuangkan kemerdekaan atas dasar cinta negara adalah semangat pemuda tanpa melihat perbedaan suku bangsa pada 1928, semangat ini harus menjadi nilai pemuda 2021 di abad 21).

Sumpah pemuda, kapan sumpah ini akan berakhir? Semangat pemuda waktu itu diletakan dengan sumpah. Mereka saling merangkul antar satu dengan yang lainnya. Masa itu urgen untuk membentuk kekuatan pemuda. Pemuda diandalkan sebagai garda penyemangat karena gerakannya yang cepat dan kuat fisik. Kata pemuda Yunani :  efebifobia dibentuk dari kata ἔφηβος (éphÄ“bos), yang berarti "pemuda" atau "remaja" dan φόβος (phóbos), yang berarti "takut" atau "fobia".

Semangat pemuda haruslah diletakan pada porsinya supaya pemuda tidak takut bicara bangsa, negara, dan cinta tanah air, sesudah itu kekuatan pemuda yang masih bersifat kedaerahan dan komunal mereka leburkan menjadi kekuatan nation -state  cinta terhadap tanah air atau cinta terhadap negara atau yg biasa disebut sebagai nasionalisme. Karena itu kita perlu tau bahwa peletakan dasar kemerdekaan pemuda adalah Sumpah dan Cinta. 

Supaya kita tau bahwa pengingkaran terhadap sumpah adalah Taku (fobia) dan pengingkaran terhadap cinta, adalah penghianatan tak terampuni. Banyak sumber bicara soal sejarah kepemudaan, tetapi kita tidak pernah menemukan nilai dari sejarah yang dipelajari dari banyak sumber. 

Karena itu tanggal  28 Oktober 1928 adalah sejarah pemuda dan cinta nation, atau historikal pemuda bicara, dan semuanya disadari  cinta negara bangsa (nation-stat). Karena cinta adalah pengetahuan tertinggi. Kata (Platon). Pemuda harus merdeka untuk menentukan kemerdekaannya.

Dulu pemuda takut berjuang sendiri, (fobia). Tapi  kini kami pemuda adalah kumpulan dan tempelan pengikut  gagasan pendahulu, otoritas yang tua adalah nilai loyalitas, gerbong-gerbong harus di jaga penuh, kebenaran-kebenaran hanya ada pada bendera-bendera perbedaan, kami dahulu adalah perombak kefakuman kekuasaan, tapi sekarang kami tunggu fatwa, pengikut adalah jalan kami, kami tidak jujur tapi kami mengunakan logika waktu pendek. 

Kami hanya mau dibentuk oleh hasrat kekuasaan, kami kehilangan pegangan sebagai nilai juang, kami kehilangan harapan, kehilangan trus/ kepercayaan, mimpi kami ditentukan oleh mereka para penentu otoritas. Sumpah pemuda, sekarang hanyalah utopis. 

Kami tidak bersatu lagi, kami berbeda karena kami sudah tidak jadi satu, kami tidak satu bahasa lagi, kami jenuh dan terlampaui oleh kecerdasan buatan, pemaksaan dogma agama, kedengkian, kebencian, fitnah, teror, hoax, juga tekanan kebenaran ideologis.  Sumpa pemuda hari ini, kita bukan lagi negara beradab, beradab hanya dulu. Sekarang yang muda sampai tua tetap sama, sama-sama saling mendukung, menanggalkan nilai yang memberi kita kehidupan.

Sejarah bersumpah pemuda Indonesia adalah mereka yang hanya disebut jong java, jong selebes, jong maluku, jong sumatra. Tapi Jong Papua didiskriminasi, sekarang kami mau di bentuk kembali dengan harapan penuh, kami pemuda pasti merdeka dengan jalan kami. Tapi sekarang kami dibentuk dengan jalan-jalan yang tua denga jalan membonsaika pemuda, menyatu untuk bersumpah dengan menyebut "kami", apakah kami diharini juga sudah bersumpah untuk tetap menjaga "kami" atau kita, atau sumpah pemuda kini hanya jadi slogan utopis karena menguatnya paham sektarianisme, primordialisma, agamis, bahkan isme-isme lainnya yang memisahkan pemuda kini, tergerus dalam dimensi budaya hedonisme, Viralisme, tiktokisme dan selfieisme bahkan bahasa Indonesiapun tak dihargai lagi, generasi alay  menjadi momok terdegradasinya keindonesiaan pemuda. 

Dulu menghargai perbedaan, menghargai bahasa, menghargai tanah, menghargai udara, menghargai lingkungan, menghargai jiwa lestari, menghargai semua nilai budaya dan kesejarahan adalah semangat pemuda 28 Oktober 1928. Pemuda 1928 adalah semangat patriotisme, tapi pemuda 2021, semangatnya adalah semangat mobokrasi. Demokrasi dan kebenaran ditentukan oleh kelompok-kelompok dan gerbong-gerbong. Pemuda 2021 di abad 21.


Rontal
Rontal Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment