Pamer (Kuasa) Si Tengil Helmeppo

Gambar: deviantart.com ditambah sentuhan latar tipis-tipis manis dari Ainul Yakin


Helmeppo adalah wujud dari pamer kuasa yang berlebihan dengan bersandar pada beking sang ayah.

Pamer - entah kekuasaan atau kekayaan - kian menemukan ruang viralnya melalui media sosial. Namun di tengah situasi rumitnya keadilan dan seretnya kesejahteraan, pamer berlebihan jadi olok-olokan. Bisa juga berbuah petaka.

Suatu masa, ada Helmeppo yang begitu tengil memamerkan kekuasaannya. Jaring kuasa sang bapak membuatnya tak mampu menahan godaan untuk selalu menunjukkan bahwa ia bisa apapun. Kasus Helmeppo nampaknya juga ‘menjangkiti’ sejumlah orang di dunia nyata.

Sedikit memotret Dandi. Pada mulanya soal pribadi: melibatkan Agnes, Dandi dan David. Harusnya cukup hukum berbicara menegakkan masalah yang berujung kekerasan.

Tapi kombinasi pamer kuasa (lewat kekerasan) dan kekayaan (lewat gaya hidup berlebihan) yang ditunjukkan Dandi layaknya menyiram api pada daun kering di tengah netizen: masalah kekerasan membesar, merembet ke soal-soal harta kekayaan. Keluarga besar terseret-seret.

Dari kasus ini, ada situasi atau hal yang tak selalu untuk dipamerkan (ditunjukkan) ke publik: gaya hidup berlebihan (pamer kekayaan), dan aksi-aksi yang merugikan (pamer kekuasaan).

Pada yang pertama, pamer kekayaan di tengah kondisi ketimpangan di tengah masyarakat, itu bisa menyayat luka sosial, menggarami luka derita hidup & kepedihan pada sebagian orang. Betapa tak adilnya hidup: sebagian orang menghabiskan berjuta-juta cuan untuk sekedar memuaskan hasrat, sedang sebagian lain begitu melarat dan nyaris sekarat.

Pada yang kedua, pamer kekuasaan, di tengah susahnya keadilan di masyarakat, semakin menganga-lebarkan 'keistimewaan' hukum pada sebagian orang. Sehingga akhirnya kian menumpulkan ketajaman hukum, hilangnya semangat keadilan pada hukum, dan hukum jadi sekedar teks-teks peraturan mati, yang tak lagi memiliki kemampuan berbicara, menindak, melindungi dan menegakkan keadilan.

*
Suatu masa, pembaca One Piece barang kali masih ingat, sosok tengil Helmeppo muda berlindung di balik nama besar bapaknya yang seorang angkatan laut, Morgan, atau lengkapnya, Axe Arm Morgan atau Morgan si bertangan kapak.

Dengan posisi Morgan si penguasa wilayah, yang tegak dengan kuasa kekerasannya, maka ia bikin orang-orang segan membicarakannya. Helmeppo muda memanfaatkan 'privilege' kuasa itu. Dengan harta dan jaring kekuasaan sang ayah, Helmeppo bersenang-senang, mempermainkan hukum.

Helmeppo adalah wujud dari pamer kuasa yang berlebihan dengan bersandar pada beking sang ayah. Keinginannya, harus dituruti. Tanpa peduli apakah itu menabrak hak dan kebebasan orang lain.

Memang, tempat di mana Helmeppo tinggal, itu kawasan markas angkatan laut. Ada aturan yang menjaga ketertiban dan keamanan untuk semua warganya. Apalagi ketertiban dan keamanan itu bukan hal yang gratis: warga harus membayar demi mendapatkan perlindungan & keamanan dari Morgan.

Tapi Helmeppo - anak Morgan - menjelma sebagai perusak aturan dari dalam. Dan aturan tak berkutik untuk menindaknya sebab ia tegak dalam kuasa bapaknya. Dengan berlindung di balik kuasa sang bapak, ia tak tersentuh hukum. Ia kebal dari sanksi hukum.

Pamer kuasa yang ditunjukkan Helmeppo bahkan bisa menghadirkan kuasa justifikasi siapa yang 'benar' dan 'salah' tanpa ada yang berani mencegah dan mengoreksi. Dalam kasus eksekusi atas Roronoa Zorro misalnya, masalahnya secuil saja, bahkan harusnya Zorro bebas dari tuntutan dari pihak Helmeppo. Ia ditangkap dan dilabeli sebagai 'bad guy' hanya karena membunuh serigala milik si tengil itu yang berkeliaran dan mendatangkan bahaya ke orang-orang.

*
Pamer kuasa Helmeppo (maupun Dandi) tak bisa menjamin keinginan selamanya. Dalam tiap kekuasaan yang bercokol, di situ ada kontra kuasa berupa resistensi atau protes dari mereka yang merasa ditindas dan diabaikan hak-haknya.

Mulanya mungkin tak terlihat, dalam rupa protes diam-diam, atau gerutuan. Tapi sampai di mana aksi pamer kuasa itu terus berlanjut, gerutuan bukan benda mati. Ia hidup dan suatu saat akan bersorak-sorai kemenangan saat gerutuan itu memperoleh kecukupan keberanian dan kuasa dalam dirinya. Atau paling tidak, ia peroleh keberanian untuk berbicara lebih keras sehingga lebih banyak dunia mendengarkan protes atau gerutuan itu.

Dalam kasus Helmeppo, kontra narasi atas penangkapan Zorro menyelinap sebagai protes atau gerutuan di antara orang-orang yang menjadi saksi peristiwa itu, yang merasa tertindas oleh sikap Helmeppo, atau oleh Morgan. Memang lebih banyak yang bungkam, tapi ada Rika kecil yang jadi saksi mata peristiwa penangkapan Zorro dan dari mulutnya mengalir satu kesaksian kebenaran, keberanian polos untuk menginformasikan pamer kuasa Helmeppo dan Morgan, dan ketakadilan yang dipertunjukkan sang penguasa angkatan laut kepada orang lain.

Kesaksian itu pun mengakibatkan orang-orang pun berani bertindak, paling tidak diwakili oleh Luffy dan Zorro. Duet Luffy-Zorro mampu menghabisi si lengan kapak itu. Dengan 'gomu gomu pistol’ si Luffy dan permainan pedang si Zorro, Morgan tumbang. Kekuasaan yang menindas pun melayang. Kebebasan dan kebenaran menemukan ekspresinya dalam sorak sorai masyarakatnya.

Rontal

Rontal.id adalah media online yang memuat konten seputar politik, sosial, sastra, budaya dan pendidikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form